Cari Disini

Selasa, 07 April 2020

Pelajaran 03 Macam Macam Najis - Umdatul Fiqh

 Pelajaran 03 Macam Macam Najis - Umdatul Fiqh

{عمدة الفقه}

MATAN UMDATUL FIQH

PELAJARAN 03:


✓ وتغسل نجاسة الكلب والخنزير سبعا إحداهن بالتراب 

✓ ويجزئ في سائر النجاسات ثلاث منقية 

✓ وإن كانت النجاسة على الأرض فصبة واحدة تذهب بعينها لقوله صلى الله عليه وسلم "صبوا على بول الأعرابي ذنوبا من ماء".

✓ ويجزئ في بول الغلام الذي لم يأكل الطعام النضح، وكذلك المذي 

✓ ويعفى عن يسيره ويسير الدم وما تولد منه من القيح والصديد ونحوه وحد اليسير هو ما لا يفحش في النفس 

✓ ومني الآدمي وبول ما يؤكل لحمه طاهر.


Syarah : Ustadz Renan Rahardian S.Si Hafizhahullahu ta'aala

Ibnu Qudamah membagi najis menjadi tiga macam, yaitu :

1. Najis Mugholadoh

Najis yang berat


2. Najis Mutawashithoh

Najis yang sedang

3. Najis Mukhofafah

Najis yang ringan


Najis dari anjing dari anjing dan babi dihilangkan dengan cara dicuci sebanyak tujuh kali, salah satunya dengan menggunakan tanah. Inilah najis Mugholadhoh, yakni najis yang berat.

Jika ada benda, wadah, atau bejana yang terkena najis mereka maka cara mensucikannya adalah mencucinya dengan air dan salah satunya dicampur dengan tanah.

Tanah ini boleh pada cucian ke-2, ke-3, ke-4 atau ke-7.


Adapun untuk najis najis yang lain cukup dibersihkan sebanyak tiga kali. Ini adalah najis kelompok pertengahan atau mutawashithoh.

Misal air seni orang dewasa, kotoran manusia, dll.

Cara mensucikannya dengan dialiri air atau dicuci sebanyak tiga kali pada bagian yang terkena najis. Tapi pendapat yang benar adalah jika dicuci sekali dan jika sudah yakin bersih maka itu sudah cukup.


Apabila najisnya ada pada permukaan tanah maka cukup dihilangkan dengan satu siraman air. Ini berdasarkan sabda nabi sholallahu alaihi wasallam :

صبوا على بول الأعربي ذنوبا من ندماء

Siramlah bekas air kencing orang arab badui itu dengan seember air. (Hadis Shohih Riwayat Bukhori dan Muslim)


Ini adalah kisah orang arab badui yang kencing dipojokan masjid nabawi dan nabi memerintahkan untuk menyiramnya dengan seember air.


Ini berlaku untuk tanah yang menyerap air, adapun jika dilantai ubin atau keramik maka diangkat dengan cara dipel hingga najisnya hilang, atau dikerik jika sudah kering kemudian dipel.


Dan untuk air kencing anak laki laki kecil ghulam yang dia belum makan makanan selain ASI maka cukup dengan diperciki air tiga kali begitu juga berlaku untuk madzi. Inilah yang masuk dalam kategori najis mukhofafah.


Disini disebutkan air kencing bayi laki laki dan belum makan selain dari ASI, maka hukum ini tidak berlaku untuk bayi perempuan, dan juga bayi laki laki yang sudah menkonsumsi makanan selain ASI.

Maka ini masuk dalam najis mutawashithoh.


Madzi adalah cairan bening yang keluar pada kemaluan pada kondisi tertentu, misal karena terangsang tanpa adanya rasa nikmat atau karena lelah.


Dan termaafkan untuk madzi yang jumlahnya sedikit, begitu juga dengan darah dan juga turunannya seperti nanah, darah jerawat, plasma darah dari luka selama tidak mengotori diri atau jumlahnya sedikit.

Termaafkan disini maksudnya tidak diwajibkan untuk diangkat sebagai najis.


Dan air mani dari manusia dan air kencing dari hewan hewan yang boleh dikonsumsi maka sifatnya thohirun, yaitu suci.


Catatan Umdatul Fiqh - Abu Ishaq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar