Cari Disini

Selasa, 15 September 2020

Barikade di Jalan Para Penuntut Ilmu

 *BARIKADE DI JALAN PARA PENCARI ILMU* 

⛔⚠🚷⚠🚳⛔


(oleh: Renan Rahardian)

==================


Mempelajari ilmu agama adalah sebuah segmen perjalanan hidup yang sangat panjang, penuh ujian, penuh penghalang, demi mendapatkan manisnya pengetahuan dari Allah.


Tujuan akhir dari perjalanan tersebut adalah ketakwaan yang hakiki (sesuai dengan yang diinginkan oleh Allah Subhanahu), dan bukan sekadar klaim dan persangkaan saja.


Panjangnya perjalanan dan pentingnya tujuan, menuntut kita berusaha keras menghilangkan segala sesuatu yang menghalangi dan merintangi jalan tersebut.


Banyak di antara kita meyakini bahwa penghalang menuntut ilmu pastilah berasal dari luar diri sendiri. Kesibukan kerja yang dahsyat, tubuh yang lelah, modal yang kurang, waktu yang tidak tersedia, dan lain-lain. 


Padahal itu tadi semua adalah *SALAH*. Bukan itu sebab utama orang enggan mencari ilmu agama.


❓❓❓

Jika kita ingin tahu benar apa yang sebenarnya menjadi penghalang kita, barikade besar yang menutupi jalan kita dari mencari dan memperoleh ilmu, maka jawabannya telah disebutkan oleh seorang ulama besar umat ini. 


Seorang yang mengerti betul permasalahan kita sebagai orang awam ketika enggan dan tidak mampu memperoleh ilmu yang bermanfaat.


Imam Mujahid* rahimahullah berkata,


لاَ يَتَعَلَّمُ الْعِلْمَ مُسْتَحْيٍ وَلاَ مُسْتَكْبِـرٌ.

Orang yang malu dan orang yang sombong tidak akan mendapatkan ilmu. (Atsar riwayat Imam Bukhâri, Ibnu ‘Abdil Barr I/534-535, no. 879). Derajatnya *SHAHIH*.


(*Mujahid bin Jabir. Seorang tabi'in, muridnya Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Aisyah, Abu Hurairah, dll.)


Dan ternyata, penghalang yang menutupi jalan kita dari ilmu agama bukanlah faktor-faktor eksternal, tapi justru *hal yang sifatnya internal, sangat privat, dan bersifat otonom*:

1. Malu

2. Sombong


Jadi, *berhentilah untuk beralasan dengan kesibukan atau kelelahan dan semacamnya*. 


Pahamilah bahwa alasan yang paling mungkin ada sebagai penghalang kita dari belajar ilmu agama adalah salah satu dari dua: 

a) Kita ini malu untuk belajar agama atau 

b) Kita sebenarnya sombong dan sudah merasa pintar tentang agama.

Tidak ada yang ketiga.


Dua hal tadi dapat dipahami dari memperhatikan penjelasan-penjelasan berikut:


*1. MALU*

🗣️🙈🗣️🙈

Malu pada asalnya adalah sifat yang baik dan harus dimiliki oleh setiap orang beriman. 


Namun penggunaan sifat malu yang salah tempat justru dapat menjadi hal yang sangat tercela. Misalnya adalah malu untuk belajar agama, malu ngaji, malu di-"ceng-ceng"-i ketika beribadah. 


Ummul Mukminin ‘Âisyah Radhiyallâhu ‘anha pernah berkata tentang sifat para wanita Anshâr,


نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ اْلأَنْصَارِ ، لَـمْ يَمْنَعْهُنَّ الْـحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِـي الدِّيْنِ.

Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshâr. Rasa malu tidak menghalangi mereka untuk memperdalam ilmu Agama. (Atsar riwayat Imam Bukhâri dalam Shahîhnya kitab al-‘Ilmu bab al-Hayâ’ fil ‘Ilmi secara mu’allaq). Derajatnya *SHAHIH*.


Lihatlah bagaimana para wanita kaum Anshar, mereka adalah wanita yang memiliki rasa malu (untuk menjaga kehormatan). Tapi sifat malu mereka tidak menghalangi mereka dari belajar ilmu agama. Sehingga mereka mencapai kemuliaan derajat yang mungkin sangat sulit dicapai oleh orang lain di zaman sekarang.


Apalagi oleh kita-kita yang merasa malu sehingga batal berbuat baik tapi tidak tahu malu ketika berbuat hal-hal dosa.


*2. SOMBONG*

💪👋💪👋

Berbeda dengan sifat malu, sifat sombong pada asalnya memang sudah sangat tercela bagi manusia. Karena satu-satunya yang berhak untuk memiliki sifat ini hanyalah Allah.


Dari `Abdullâh bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat biji sawi. Seorang laki-laki bertanya: “Ada seseorang suka bajunya bagus dan sandalnya bagus (apakah termasuk kesombongan?) Beliau menjawab: “Sesungguhnya Allah Maha indah dan menyukai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. (HR. Muslim, no. 2749)


Perhatikanlah bagaimana Rasulullah menjelaskan orang sombong yang sejati, yang tidak masuk ke surga! Yakni mereka yang memiliki ciri:

a) menolak kebenaran.

b) merendahkan/meremehkan orang lain.


Itulah kesombongan yang menyebabkan kebaikan ilmu agama tidak akan meresap ke dalam jiwa manusia.


Ketika disampaikan kepadanya nasehat-nasehat kebaikan dan ilmu-ilmu bermanfaat, maka hatinya menolak, merasa berat untuk mendengar, dadanya terlalu sesak untuk mengakui bahwa diri ini masih bodoh dan butuh ilmu.


Muncul padanya pikiran-pikiran jahat: Mengira da'i berniat jahat, menuduh guru berkeinginan jelek, dan terkadang terbesit di pikiran atau terlontar dari lisan: 

🗿 "Emang dia itu siapa, kok ngasih nasehat ke orang lain?"; 

🗿 "Soksokan menasehati, kayak situ sudah bener aja."; 

🗿 dan lintasan-lintasan pikiran jahat yang lain


Maka lawanlah sifat sombong ini dengan tawadhu' (sifat rendah hati). Takutlah pada kabar akhiran nasib mereka yang sombong.

Bahwa orang-orang yang sombong adalah para penduduk neraka Jahannam, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :


إِنَّ أَهْلَ النَّارِ كُلُّ جَعْظَرِيٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ جَمَّاعٍ مَنَّاعٍ وَأَهْلُ الْجَنَّةِ الضُّعَفَاءُ الْمَغْلُوبُونَ

“Sesungguhnya penduduk neraka adalah semua orang yang kasar lagi keras, orang yang bergaya sombong di dalam jalannya, orang yang bersombong, orang yang banyak mengumpulkan harta, orang yang sangat bakhil. Adapun penduduk sorga adalah orang-orang yang lemah dan terkalahkan”.  (Hadits Shahih. Riwayat Ahmad, 2/114; Al-Hakim, 2/499)

=================


Itulah dua barikade besar yang melintang di tengah jalan penuntut ilmu agama. Dua hal yang menyumbat rapat pintu-pintu kebaikan ilmu. *Malu dan Sombong*.


Semoga Allah menghindarkan kita dari penghalang berupa kejelekan dua sifat tersebut dalam perjalanan kita mencari ilmu agama.

Semoga Allah memberikan kepada kita semua kemudahan untuk beribadah sesuai dengan apa yang Dia kehendaki.


Allahu a'lam bish shawab. Semoga bermanfaat.


(Tulisan ini Saya buat untuk seorang teman di kejauhan sana. Dia yang sedang memulai perjalanannya mencari rizki dari Allah berupa ilmu syar'i)


🙏🙏


Jakarta Selatan, 13 September 2017

®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar