Umdatul Fiqh - عمدة الفقه
Pelajaran 93
MATAN UMDATUL FIQH
باب الرهن
وكل ما جاز بيعه جاز رهنه وما لا فلا
ولا يلزم إلا بالقبض
وهو نقله إن كان منقولا والتخلية فيما سواه
وقبض أمين المرتهن يقوم مقام قبضه
والرهن أمانة عند المرتهن أو أمينه لا يضمنه إلا أن يتعدى
ولا ينتفع المرتهن بشيء منه إلا ما كان مركوبا أو محلوبا فللمرتهن أن يركب ويحلب بمقدار العلف
•┈┈•••○○❁❁○○•••┈┈•
Syarah : Oleh Ustadz Renan Rahardian S.Si Hafizhahullah
Bab Gadai Ar Rohnu باب الرهن
Ar Rohnu atau penggadaian adalah menjadikan harta benda sebagai jaminan pengokoh untuk hutang piutang.
Ar Rohn adalah salah satu bentuk yang diperbolehkan dalam islam berdasarkan firman Allah Subhanhu wa ta'ala :
وَإِنْ كُنْتُمْ عَلَىٰ سَفَرٍ وَلَمْ تَجِدُوا كَاتِبًا فَرِهَانٌ مَقْبُوضَةٌ
Jika kalian dalam safar kemudian bermuamalah kemudian kalian tidak menemui seorang yang mencatat akad tersebut maka hendaknya ada barang yang dijadikan sebagai jaminan. (Al Baqoroh : 283)
Sebagian ulama menyatakan ayat tersebut sebagai petunjuk bahwa rohn disyariatkan dalam keadaan safar, akan tetapi hadis hadis yang banyak jumlah mutlak menandakan penggadaian boleh dalam keadaan safar maupun mukim, sebagaimana nabi menggadaikan sesuatu dari Aisyah rodhiallahu anha :
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اشْتَرَى مِنْ يَهُودِيٍّ طَعَامًا إِلَى أَجَلٍ وَرَهَنَهُ دِرْعَهُ
Bahwa nabi sholallahu alaihi wasallam membeli bahan makanan dari seorang laki laki yahudi dengan bayaran yang ditangguhkan sampai batas waktu yang ddisepakati dan beliau menggadaikan kepada yahudi tersebut sebuah baju perang yang terbuat dari besi. (Hadis Shohihain)
Hadis ini menunjukkan nabi menggadaikan barangnya dalam keadaan mukim, bukan keadaan safar.
Dan setiap benda atau barang boleh diperjual belikan maka boleh untuk digadaikan dan barang barang yang tidak bisa diperjual belikan maka tidak bisa digadaikan. Semisal jual beli anjing, khomr maka tidak boleh dijual belikan
Benda yang bisa digadaikan adalah benda yang dijual belikan bukan surat suratnya misal menggadaikan tanah atau rumah maka yang digadaikan tanah dan rumahnya bukan surat suratnya.
Akad penggadaian tidak mengikat/sah kecuali jika sudah diserahterimakan (bendanya).
Yang benar dalam islam adalah menggadaikan harus barangnya diserah terimakan, ditahan oleh pemberi hutang.
Dan tatacara serah terima dengan menyerahkan benda tersebut jika memang bisa diserahterimakan atau dipindahkan, adapun jika tidak bisa dengan cara ditinggalkan atau dikosongkan seperi rumah dan tanah.
Dan penyerahan kepada seorang wakil pemberi hutang (أمين المرتهن) maka hukumnya dibolehkan. Seakan akan diserahterimakan langsung kepada sipemberi hutang
Dan barang gadai adalah sebagai amanah ditangan pihak penerima gadai atau orang yang mewakilinya, maka jika terjadi suatu kerusakan maka tidak harus mengganti rugi kecuali jika itu dilakukan secara sengaja. Artinya perawatan dari barang yang digadai adalah kewajiban dari si penghutang.
Maka tidak boleh bagi yang menerima gadai mengambil manfaat sedikitpun dari barang gadainya kecuali apabila yang digadaikan berupa binatang yang dikendarai atau yang diperah susunya, maka bagi orang yang menerima gadai boleh menungganginya atau memerah susunya sesuai untuk biaya yang dikeluarkan untuk perawatannya (pakan hewan)
°•°•°•°• Catatan Umdatul Fiqh - Abu Ishaq °•°•°•°•
Tidak ada komentar:
Posting Komentar