Cari Disini

Jumat, 08 April 2022

PARA PEMBELAJAR, PATUHLAH PADA GURUMU

PARA PEMBELAJAR, PATUHLAH PADA GURUMU

(oleh: Renan Rahardian)

Faidah Kajian Tadzkiratus Sami'wal Mutakallim

____________________________

Salah satu adab yang menjadi wasilah terbesar untuk menyampaikan pembelajar pada kesuksesan adalah patuh kepada gurunya.

Ibnul Jama'ah Al Kinani menasehatkan:


ولا يخرج عن رأيه وتدبيره، بل يكون معه كالمريض مع الطبيب الماهر


"Dan jangan keluar dari pendapat (sang guru) dan dari pengarahannya. Bahkan hendaknya (patuh) seperti seorang sakit di hadapan dokter yang ahli" [Tadzkiratus Sami' wal Mutakallim]


Kepatuhan kepada guru memerlukan beberapa catatan:

1. Hendaknya seorang penuntut ilmu tidak memiliki kecenderungan untuk membantah orang yang dia ambil ilmunya.

Karena itu akan berakibat buruk berupa:


✓Menghilangkan barokah ilmunya dan Mendatangkan kemurkaan Allah.

Dari Ka’ab bin Malik Radhiyallahu anhu Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


 مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِىَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِىَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ 


Barangsiapa menuntut ilmu untuk menandingi para ulama, atau mendebat orang-orang bodoh, atau memalingkan pandangan-pandangan manusia kepadanya, maka Allâh akan memasukkannya ke neraka. [HR. At-Tirmidzi, Shahîh at-Targhîb, no. 106]

✓Tidak mensyukuri kebaikan gurunya.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ


“Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih pada manusia.” [HR. Abu Daud no. 4811 dan Tirmidzi no. 1954. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih].


2. Patuh kepada guru bukan berarti: ghuluw, pengkultusan, dan taqlid buta.


Bagaimanapun juga manusia adalah makhluk yang bisa salah.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


 كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.


“Setiap anak Adam adalah bersalah dan sebaik-baiknya orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang mau bertaubat.” [HR. Tirmidzi no.2499, Ibnu Majah no.4251].


Bahkan seorang ahli ilmu sekalipun bisa salah. Hanya saja kesalahan ini tidak dapat dilihat oleh orang-orang yang taqlid buta dan mengkultuskan tokoh tersebut.

Hammad bin Zaid rahimahullah berkata,


إنك لا تعرف خطأ معلمك حتى تجالس غيره


“Sesungguhnya engkau tidak mengetahui kesalahan gurumu sampai engkau berguru dengan yang lain.” [Jaami’u bayaanil ‘ilmi wa fadhlihi I/414 no.607]


Ketaatan pada guru terikat pada ketaatan pada Allah dan tidak boleh dalam hal kemaksiatan pada-Nya.


Rasulullah bersabda:


 لاَ طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِيْ مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ 


“Tidak ada ketaatan kepada makhluk di dalam maksiat kepada Al Khalik” (HR. Ahmad)


Akan tetapi hendaknya beradab yang tinggi terhadap orang yang dia ambil ilmunya.

____________________________

®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar