Cari Disini

Jumat, 12 Maret 2021

Pelajaran 94 Bab Gadai Ar Rahn - Umdatul Fiqh

 {عمدة الفقه}

MATAN UMDATUL FIQH

PELAJARAN 94:

وللراهن غنمه من غلته وكسبه ونمائه لكن يكون رهنا معه 

وعليه غرمه من مؤنته ومخزنه وكفنه إن مات.

وإن أتلفه أو أخرجه من الرهن بعتق أو استيلاد فعليه قيمته تكون رهنا مكانه 

وإن جنى عليه غيره فهو الخصم الراهن فيه زانه فيه وما قبض بسببه فهو رهن 

وإن جنى الرهن فالمجني عليه أحق برقبته فإن فداه فهو رهن بحاله.

وإذا حل الدين فلم يوفه الراهن بيع وأوفى الحق من ثمنه وباقيه للراهن 

وإذا شرط الرهن أو الضمين في بيع فأبى الراهن أن يسلمه وأبى الضمين أن يضمن خير البائع بين الفسخ أو إقامته بلا رهن ولا ضمين.

•┈┈•••○○❁❁○○•••┈┈•



Syarah : Oleh Ustadz Renan Rahardian S.Si Hafizhahullah

Bab Penggadain (الرهن) Lanjutan


Dan pertambahan keuntungan yang muncul dari barang yang digadaikan maka tetap menjadi hak milik orang yang menggadaikannya. Akan tetapi semua pertambahan keuntungan tersebut dijadikan satu menjadi barang gadaian awal.


Misal yang digadaikan hewan, kemudian hewan tersebut beranak maka anak hewan tersebut termasuk barang gadaian atau menjadi hak milik orang yang menggadaikan barang.


Dan menjadi kewajiban bagi orang yang menggadaikan untuk menanggung makan kebutuhannya, penempatannya dan juga biaya pengkafanannya jika budak yang digadaikan meninggal.


Apabila orang yang menggadaikan melakukan perkara perkara yang menyebabkan keluarnya dari hukum penggadaian misal budak yang sedang digadaikan tapi dimerdekakan, atau budak wanita digauli hingga melahirkan anak sehingga rusak hukum prnggadaian. Jika itu barang, digadaikan kemudian dijual maka rusak hukum penggadaiannya.

Maka wajib baginya mengganti dengan senilai apa yang sudah digadaikan sebelumnya.


Dan apabila yang digadaikan terjadi penganiayaan atau kezholiman atas yang digadaikan (yang bernyawa, semisal budak, hewan ternak) maka orang yang menggadai berhak untuk meminta ganti rugi terhadap apa yang terjadi tersebut.

Dan ganti rugi tersebut statusnya menjadi barang gadai.


Dan apabila barang yang digadaikan melakukan suatu kerusakan (yang bernyawa) sehingga menimbulkan kerugian maka orang yang dizholimi tersebut berhak untuk mengambil alih kepemilikan budak tersebut.


Akan tetapi jika sipemilik barang mengganti rugi maka budak atau hewan yang melakukan kerusakan tersebut tetap menjadi barang gadai.


Apabila suatu hutang sudah jatuh tempo dan orang yang menggadaikan barang tersebut tidak mampu untuk melunasi hutangnya maka barang gadai tersebut dijual dan didahulukan pemenuhan hak dari si pemberi hutang sesuai nilai yang dihutang, kemudian sisanya dikembalikan kepada si penghutang.

° Ini artinya harga barang yang digadai harus lebih tinggi dari nilai hutang. 

° barang yang digadai tidak menjadi hak milik si pemberi hutang (pegadaian)


Apabila suatu akad jual beli disyaratkan adanya penggadaian kemudian si penggadai tidak mau menjual barang gadainya untuk melunasi hutangnya maka orang yang menjual boleh untuk melakukan antara dua pilihan yaitu membatalkan jual beli atau membatalkan jual beli tanpa adanya penggadaian.


Misal :

Si A membeli barang dengan cara kredit, Si B membolehkan dengan syarat dengan barang jaminan atau penjamin. Jika si A tidak bisa memberikan barang jaminan atau penjamin maka penjual berhak untuk membatalkan atau melanjutkan jual belinya.


Kesimpulan :

1. Tidak sah menggadaikan sesuatu yang tidak boleh dijual, seperti barang wakaf, anjing, khomr, dll

2. Disyaratkan untuk mengetahui kadar, jenis, dan sifat barang yang digadai agar tidak menzholimi yang menerima barang gadai

3. Status orang yang menggadai adalah orang yang punya hak atau kuasa atas barang yang digadai.

4. Penerima gadai tidak boleh memanfaatkan dari barang yang digadai kecuali barang gadai dalam bentuk hewan yang dikendarai atau yang bisa diperas susunya sebatas biaya yang dikeluarkan untuk perawatan barang yang gadai.


----- Catatan Umdatul Fiqh - Abu Ishaq -----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar