Cari Disini

Minggu, 24 Mei 2020

PELAJARAN 10 Pembatal Pembatal Wudhu - Umdatul Fiqh

PELAJARAN 10 : Pembatal Pembatal Wudhu

MATAN UMDATUL FIQH
باب نواقض الوضوء
هي سبعة:
الخارج من السبيلين
والخارج النجس من سائر البدن إذا فحش
وزوال العقل إلا النوم اليسير جالسا أو قائما
ولمس الذكر بيده
وأن تمس بشرته بشرة أنثى لشهوة
والردة عن الإسلام
وأكل لحم الجزور لما روي عن النبي صلى الله عليه وسلم قيل له: أنتوضأ من لحوم الإبل قال: "نعم توضأوا منها" قيل: أفنتوضأ من لحوم الغنم قال: "إن شئت فتوضأ وإن شئت فلا تتوضأ".
ومن تيقن الطهارة وشك في الحدث أو تيقن الحدث وشك في الطهارة فهو على ما تيقن منهما.

•┈┈•••○○❁❁○○•••┈┈•

Syarah : Ustadz Renan Rahardian S.Si Hafizhahullahu ta'aala


Pembatal wudhu ada 7 :
1. Apa saja yang keluar dari 2 jalan pembuangan baik dari depan maupun belakang, seperti kencing, tinja, mani, madzi, darah haid, darah istihadhoh, kentut dll.

Sabda nabi :


فَلَا يَنْصَرِفُ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا
Maka jangan dia berpaling menganggap wudhunya batal hingga dia mendengar suara atau mendapati adanya aroma bau kentut. (Hadis Riwayat Shohihain)

2. Keluarnya najis najis dari bagian tubuh lain (bukan 2 jalur pembuangan) jika jumlahnya banyak, apabila sedikit maka termaafkan semisal darah yang sedikit seperti jerawat.



3. Hilangnya kesadaran kecuali tidur yang ringan, seperti tidur dalam keadaan duduk atau dalam keadaan berdiri.

Hilangnya kesadaran yg membatalkan wudhu seperti pingsan atau tidur lelap, gila, dll.

4. Menyentuh atau memegang kemaluan dengan menggunakan tangan. Ini berlaku juga untuk perempuan.
Terdapat khilaf dalam masalah menyentuh kemaluan ini.

Pendapat lebih tepat dalam masalah ini adalah batal jika menyentuh tanpa ada pembatas semisal baju atau kain sebagai pembatasnya

Nabi sholallahu alaihi wasallam bersabda :
مَنْ مَسَّ ذَكَرَهُ فَلْيَتَوَضَّأْ
Barang siapa yang menyentuh kemaluannya maka hendaknya dia berwudhu. (Hadis Hasan Riwayat Abu Dawud)

5. Bersentuhan kulit dengan kulit perempuan yang disertai dengan syahwat.
Ulama terdapat khilaf muktabar terkait ini.
Pangkal dari permasalahan ini adalah memahami firman Allah pada surat almaidah ayat ke-6, bahwasanya :
أَوْ لَٰمَسْتُمُ ٱلنِّسَآءَ
Atau kalian menyentuh wanita.
Lafazh lamasa
لمس disini terjadi perbedaan pendapat.
Abdullah bin Abbas bahwa
لمس disini adalah jimak, sedangkan Ibnu Mas'ud memaknai لمس adalah bersentuhan biasa.

Ibnu qudamah berpendapat membatalkan wudhu jika disertai dengan syahwat, apabila tidak disertai syahwat maka tidak batal.

6. Keluar atau murtad dari islam
Ini sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta'ala :
وَمَن يَكْفُرْ بِٱلْإِيمَٰنِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُۥ
Barangsiapa dia kafir setelah beriman maka sungguh telah gugur amalan amalannya. (QS. Al Maidah : 05)
Dari ayat ini maka jelas gugur semua amalan amalan orang yang murtad, termasuk itu wudhunya.

7. Memakan daging unta
Ini didasarkan pada sabda nabi :
روي عن النبي صلى الله عليه وسلم قيل له: أنتوضأ من لحوم الإبل قال: "نعم توضأوا منها" قيل: أفنتوضأ من لحوم الغنم قال: "إن شئت فتوضأ وإن شئت فلا تتوضأ
Apakah kami harus berwudhu setelah memakan daging unta ? Maka nabi menjawab : betul berwudhulah kalian karena sebab itu, kemudia beliau ditanyakan kembali : apakah kami harus berwudhu dari memakan daging kambing ? Nabi berkata : jika kamu mau berwudhulah dan jika kamu mau tidak perlu berwudhu. (HR. Imam Muslim)

Barang siapa dia memiliki keyakinan pada kesuciannya dan dia ragu ragu apakah dia dalam keadaan berhadas atau belum maka atas mereka yang jadi pegangan adalah apa yang mereka yakini diantara kedua hal tersebut. Misal orang masih ingat terakhir dia sudah wudhu tapi dia lupa apakah sudah batal wudhunya atau belum ! Maka kembali pada apa yang dia yakini seperti kaidah :
اليقين لا يزول باشك
Keyakinan tidak terhapus oleh keragu raguan.

Maka dia kembali ke hukum asal bahwa dia sudah berwudhu dan belum batal

Sebaliknya jika berkegiatan dan sebelumnya berhadas, kemudian dia lupa apakah sudah wudhu atau belum, maka kembalikan pada hal meyakinkan bahwa dia belum berwudhu, maka berwudhulah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar